SELAMAT DATANG DI WEBSITE FAKULTAS SAINS, FARMASI DAN KESEHATAN UNMA BANTEN

Ditulis Oleh : adminfsfk ( 28 05 2022 ) ( 328 )

MENGENAL LEBIH DALAM TENTANG HEPATITIS



Kementrian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan tujuh anak di Indonesia meninggal dunia diduga akibat terpapar hepatitis akut misterius. Empat kasus kematian terjadi di DKI Jakarta, satu kasus kematian dari Kabupaten Tulung Agung, Jawa Timur. Kemudian satu kasus kematian di Solok, Sumatera Barat dan satu kematian anak di Kalimantan Timur (CNN Indonesia 12/5/2022).

Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh berbagai virus menular dan agen tidak menular yang menyebabkan berbagai masalah kesehatan, beberapa diantaranya bisa berakibat fatal. Terdapat lima jenis utama virus hepatitis, yang disebut sebagai tipe A, B, C, D dan E. Meskipun semuanya menyebabkan penyakit hati, tiap tipe hepatitis berbeda dalam penularan, tingkat keparahan penyakit, distribusi geografis dan pencegahan.

Secara khusus, hepatitis tipe B dan C menyebabkan penyakit kronis pada ratusan juta orang dan merupakan penyebab paling umum dari sirosis hati, kanker hati dan kematian terkait virus Hepatitis. Menurut WHO, diperkirakan 354 juta orang di seluruh dunia hidup dengan hepatitis B atau C.

Beberapa jenis Hepatitis dapat dicegah melalui pemberian imunisasi. Pemberian imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk melakukan pencegahan terjadinya penularan Hepatitis virus. Pemberian imunisasi hanya dilaksanakan untuk Hepatitis A dan B. Sebuah studi WHO menemukan bahwa sekitar 4,5 juta kematian dini dapat dicegah di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada tahun 2030 melalui vaksinasi, tes diagnostik, obat-obatan dan kampanye pendidikan. Strategi Hepatitis global WHO, yang didukung oleh semua Negara Anggota WHO, bertujuan untuk mengurangi infeksi Hepatitis baru sebesart 90% dan kematian sebesar 65% antara tahun 2016 dan 2030.

Banyak orang dengan Hepatitis A, B, C, D atau E hanya menunjukkan gejala ringan atau tanpa gejala sama sekali. Gejala Hepatitis A, B dan C yaitu demam, malaise, kehilangan nafsu makan, diare, mual, ketidaknyamanan perut, urin berwarna gelap dan penyakit kuning (kulit dan putih mata menguning). Dalam beberapa kasus, virus juga dapat menyebabkan infeksi hati kronis yang kemudian dapat berkembang menjadi sirosis (jaringan parut pada hati) atau kanker hati. Pasien-pasien ini beresiko kematian.

Hepatitis D hanya ditemukan pada orang yang sudah terinfeksi Hepatitis B, namun infeksi ganda Hepatitis B dan D dapat menyebabkan infeksi yang lebih serius dan kesehatan yang lebih buruk, termasuk percepatan perkembangan infeksi menjadi sirosis.

Hepatitis E dimulai dengan demam ringan, nafsu makan berkurang, mual dan muntah yang berlangsung selama beberapa hari. Beberapa mungkin mengalami sakit perut, gatal (tanpa lesi kulit), ruam kulit atau nyeri sendi. Mungkin juga menunjukkan penyakit kuning, dengan urin gelap dan tinja pucat, dan hati yang sedikit membesar dan lunak (hepatomegali), atau gagal hati akut.

Pengendalian faktor risiko Hepatitis diantaranya Cuci Tangan Pakai Sabun (CPTS) secara benar, pengelolaan makan yang benar meliputi menjaga kebersihan, memisahkan bahan makanan mentah dan makanan matang, memasak makanan sampai matang selain itu perlu menggunakan air bersih dan bahan makanan yang baik.

Pemilihan terapi yang paling sesuai dengan pasien adalah hal yang perlu diperhatikan sebelum memulai terapi. Sampai saat ini terdapat setidaknya 2 jenis obat hepatitis B yang diterima secara luas, dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing, yaitu terapi interferon dan terapi analog nukleos(t)ida. Interferon merupakan protein yang dihasilkan oleh tubuh dan bersifat imunomodulator. Mekanisme kerja interferon adalah menghambat berbagai tahap replikasi virus meliputi saat virus masuk dalam sel tubuh, uncoating, sintesis mRNA dan sintesis protein. diberikan intensif, 3 kali seminggu. Minimal 4-6 bulan. Obat Antivirus Ribavirin dengan menghambat langsung replikasi VHC dan menghambat enzim inosine monophosphate dehydrogenase pada tubuh pasien. (Permenkes No. 53/2015).

 

Penulis : Arini Khaerunnisa, M.Farm (Dosen Program Studi Farmasi UNMA)

sumber fotoIlustrasi hepatitis (Foto: dok. Thinkstock)